Berikut Perang-perang kedaerahan yang terjadi saat berperang melawang kolonial belanda silahkan baca dengan seksama dibawah ini....
PERANG-PERANG KEDAERAHAN
MENENTANG BANGSA KOLONIAL BELANDA
A. Perang Maluku (Patimura)
Perang
Pattimura terjadi di Maluku pada tahun 1817.
1. Sebab
Umum
-
Penindasan dan penghisapan oleh bangsa Belanda terhadap
penduduk Maluku.
-
Ketidakpuasan rakyat terhadap peraturan gubernur Maluku
seperti kewajiban menyediakan perahu dan menebang kayu.
-
Aturan monopoli dagang yang keras. Misalnya dengan
adanya pelayaran hongi dan ekstirpasi.
-
Pengawasan terhadap keamanan yang terlalu ketat.
2. Sebab
Khusus
Penolakan Residen Van Den Berg terhadap tuntutan
rakyat untuk membayar harga perahu yang dipesan dengan harga sebenarnya.
3. Strategi
yang digunakan dalam perang
Rakyat Maluku berperang dengan cara perang gerilya dan
mengumpulkan perahu-perahu untuk menyerang Benteng Durstede di Saparua. Sedangkan
pihak kolonial menggunakan pasukan besar-besaran untuk menguasai kembali
benteng yang telah direbut.
4. Tokoh-tokoh
yang berperan.
A.
Dari Pihak Rakyat Maluku.
Thomas Matulesi (Patimura), Ulupaha, Paulus Tiahahu, Cristina Martha
Tiahahu, Anthony Reebok, Philipe Latumahina, dan Said Parinta.
B.
Dari pihak kolonial.
Residen Van den berg, Mayor Beetjes, dan Letkol Groot.
5. Medan
perang.
Medan
perangnya adalah di kepulauan Maluku yang terpusat di sekitar Benteng Durstede Saparua.
6. Akhir
perang.
Belanda melancarkan politik adu domba atau devide et
inpera kepada raja-raja dan pendeta di Maluku sehingga para pemimpin perang
dapat ditangkap dan dihukum gantung di Benteng Niew Victoria Ambon sehingga
berakhirlah perjuangan rakyat Maluku.
7. Akibat
perang.
-
Bidang Politik.
Semakin kokohnya penguasaan Belanda atas wilayah Maluku.
-
Bidang Ekonomi.
Monopoli Belanda terhadap rempah-rempah dan pembuatan perahu semakin
merajalela.
B. Perang Padri (1821-1837)
Perang Padri pada awalnya adalah perang antara kaum
ulama yang ingin memurnikan kembali ajaran Islam di Sumatra Barat terhadap Kaum
adat yang menentangnya.
- Sebab-sebab Umum.
-
Adanya pertentangan paham antara golongan Wahabi yang
ingin memurnikan ajaran agama islam dengan para golongan Tasawuf yang terdiri
dari kaum bangsawan dan pemangku adat.
-
Ada
kebiasaan buruk yang disahkan oleh kaum adat seperti minum minuman keras,
menyabung ayam, berjudi, merokok, dll.
-
Adanya pertentangan antara hukum adat dengan hukum di
agama Islam. Yaitu diantaranya pada hukum adat menganut sistem kekerabatan
Matrilineal sedangkan di Islam Patrilineal.
-
Terjadi perebutan pengaruh antara kaum adat dengan
ulama.
-
Adanya campur tangan bangsa barat dalam perebutan
kekuasaan tersebut yaitu Inggris dan Belanda.
- Sebab khusus
Pertemuan antara kaum adat dengan ulama untuk
menyelesaikan semua persoalan selama ini di Kototangah. Karena usaha itu tidak
berhasil, kaum adat di serang oleh kaum ulama kemudian kaum adat meminta
bantuan kepada Belanda di Padang pada tahun 1821.
- Strategi Perang.
Pada tahun 1821-1825 perang terjadi antara kaum ulama
dengan kaum adat yang dibantu oleh Belanda. Kaum ulama menyerang
benteng-benteng Belanda sehingga Belanda mengajak berdamai pada tahun 1825
karena untuk memusatkan perhatian pada perang di Jawa. Kemudian pada tahun
1830-1837 berkecamuk lagi perang di Minangkabau yang kini kaum ulama bersatu
dengan kaum adat untuk melawan Belanda. Perang dilakukan dengan perang gerilya
dan bertahan di benteng pertahanan.
- Tokoh-tokoh.
- Dari rakyat Minangkabau.
Tuanku
lintau, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Gapuk, Tuanku Hitam, Tuanku Nan Cerdik, dan
Tuanku Tambusay.
- Dari pihak kolonial.
Kolonel
Stuers,
- Medan pertempuran.
Medan
pertempuran hampir di semua wilayah Sumatra Barat, misalnya di Padang, Bukit Tinggi, Pariaman, dll.
- Akhir perang.
Setelah menghadapi tekanan-tekanan berat dari pihak
belanda, akhirnya Tuanku Imam Bonjol bersedia untuk melakukan perundingan
dengan Belanda. Perundingan gagal karena pihak Belanda telah melakukan
persiapan untuk menyerang dan mengepung benteng tempat Imam Bonjol bertahan. Karena
perang yang berlarut-larut dan ketimpangan kekuatan, akhirnya Tuanku Imambonjol
menyerah beserta sisa pasukannya pada tanggal 25 Oktober 1837 kemudian beliau
dibuang ke Menado dan wafat di sana.
- Akibat perang.
- Bidang politik.
Semakin
jelas dan kokohnya kekuasaan Belanda atas daerah Sumatra Barat.
- Bidang Ekonomi.
Monopoli semakin kuat terutama monopoli garam dan lada
di Sumatra Barat.
C. Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Diponegoro terjadi di daerah jawa tengah dan timur yang dipimpin
oleh seorang anak selir Sultan Hamengkubuwono III yaitu Pangeran Diponegoro.
- Sebab umum.
Terjadi
banyak kemerosotan dalam bidang kehidupan di sekitar kesultanan Mataram.
-
Daerah pesisir di utara Jawa diambil alih oleh Belanda.
-
Makin menyempitnya wilayah kerajaan dan kekuasaannya
pula.
-
Adanya perpecahan di kalangan keluarga Mataram sehingga
melemahkan kerajaan dan memperkuat Belanda.
-
Merosotnya martabat kerajaan sebagai akibat campur
tangan Belanda dalam urusan pemerintahan.
-
Adanya kebiasaan minum minuman keras di kalangan
bangsawan dan rakyat sehingga menimbulkan kekhawatiran umat.
-
Rakyat semakin berat bebannya setelah Kerajaan
mengizinkan sewa tanah kepada perusahaan-perusahaan asing.
-
Ketikpuasan para bangsawan pada keputusan gubernur
jenderal karena tidak boleh menyewakan tanah mereka kepada pengusaha swasta.
- Sebab Khusus.
Kemarahan
Pangeran Diponegoro ketika Belanda memasang patok jalan kereta api yang akan
melewati tanah makam leluhurnya di Tegal Rejo yang tanpa seizin Pangeran
Diponegoro.
- Strategi Perang.
Dari
pihak Pangeran Diponegoro, beliau menggunakan tehnik perang gerilya yang
tiba-tiba menyerang pasukan Belanda kemudian menghilang. Markas serangan
gerilya itu terdapat di Go’a Selarong.
Sedangkan
strategi Belanda adalah:
-
Mengangkap kembali sultan Sepuh (HB II) menjadi sultan
Mataram.
-
Membentuk pasukan kontra gerilya yang anggotanya adalah
orang Indonesia
sendiri yang telah berkianat dengan bayaran.
-
Menjalankan Devide Et Intera kepada anak buah Pangeran
Diponegoro dan dengan mengimingi hadiah bagi yang dapat menangkap Pangeran
Diponegoro hidup atau mati.
-
Menjalankan siasat benteng stelsel. Yaitu dengan cara
mendirikan benteng-benteng di setiap daerah yang telah dikuasai dan jalan-jalan
yang menghubungkan antar benteng tersebut sehingga wilayah gerilya Pangeran Diponegoro
semakin sempit.
- Tokoh-tokoh.
- Dari rakyat Indonesia.
Pangeran
Diponegoro, Pangeran Suryo Atmojo, Adipati Kertodirjo, Pangeran Serang, Karto
Pengalasan, Pangeran Suryo Mataram, Aryo Prangwadono, Pangeran Notoprojo,
Sentot Alibasah Prawirodirjo, Pangeran Joyokusumo, Arya papak, dan Kiyai Mojo.
- Dari pihak kolonial.
Gubernur
jenderal Van der Capelen dan Jenderal De Kock.
- Medan pertempuran.
Yaitu
di daerah Jawa tengah dan timur yang diantaranya Pacitan, Purwodadi, Banyumas,
Pekalongan, Semarang,
Rembang, dan Madiun.
- Akhir perang.
Karena
telah banyaknya pengikut P. Diponegoro yang menyerah dan menyusutnya kekuataan,
akhirnya P. Diponegoro bersedia untuk berunding dengan Belanda di Rumah Residen
Kedua pada tanggal 28 Maret 1830. Pada tawaran itu, Belanda berjanji jika
perundingan gagal maka P. Diponegoro dapat kembali ke medan perang. Tetapi Belanda mengingkarinya
dan P. Diponegoro Ditangkap yang kemudian di buang ke Menado dan kemudian
Makasar. Beliau wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Benteng Rooterdam Makasar.
- Akibat perang.
a.
Bidang politik.
-
Kekuasaan dan wilayah kasultanan Yogyakarta
dan kasultanan Solo menjadi berkurang.
-
Dihapuskannya peraturan yang merugikan rakyat. Misalnya
dihapuskannya gerbang cukai di Yogyakarta dan
Solo.
b. Bidang Ekonomi.
Belanda memperoleh daerah Yogyakarta dan
Solo yang kemudian dijadikan daerah tanam paksa.
c. Bidang sosial.
Adanya kerugian besar baik jiwa maupun harta yang kira-kira ada 8000
orang Belanda yang meninggal dan 7000 orang Jawa yang meninggal. Biaya yang
dihabiskan tidak kurang dari 20.000.00,00 Gulden.
D. Perang Aceh (1873-1904).
Perang Aceh merupakan perang terlama yang bersifat kedaerahan di Indonesia.
- Sebab umum.
-
Adanya perbedaan atas kedudukan atau status
daerah-daerah Sumatra Timur.
-
Aceh menjadi penting dalam pelayaran internasional
karena pembukaan terusan suez.
-
Semakin berkembangnya imperalisme moderen di mana
bangsa-bangsa imperialis makin giat mendapatkan tanah jajahan untuk dijadikan
sebagai sumber bahan industri dan daerah pemasaran.
-
Adanya politik Ekspansi Belanda ke luar Jawa dalam
usahanya memwujudkan Pax Netherlandica. Sebab dalam Treaty of sumatra Inggris
berjanji tidak menghalangi Belanda.
- Sebab khusus.
Aceh
yang mau mempertahankan kedaulatannya menolak tuntutan Belanda untuk tidak
berhubungan dengan negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang dipertuan.
- Strategi perang.
Dalam
perang yang bersifat nasional, rakyat Aceh menggunakan strategi:
-
Mau berkompromi dengan Belanda agar kedudukannya dalam
pemerintahan dan masyarakat tidak hilang.
-
Juga siasat untuk mendapatkan persenjataan dari Belanda
untuk gerilya berjalan lancar (menandatangani perjanjian pendek).
Untuk
perjuangan yang sifatnya keagamaan strategi perangnya adalah:
-
Tidak mau berkompromi dan tidak mau menyerah dengan
Belanda.
-
Melakukan perang Jihad yang didasarkan ajaran agama.
Kolonial
Belanda melakukan strategi sebagai berikut:
-
Penyerangan besar-besaran terhadap suatu objek yang
diserang.
-
Sistem konsentrasi stelsel.
-
Melakukan sistem pendekatan yaitu dengan mengirim ahli
agama Islam yaitu Dr. Snock Hurgronje yang menganjurkan untuk melakukan sistem
devide et intera antara kaum bangsawan dengan ulama.
- Tokoh-tokoh.
a.
Dari rakyat Aceh.
Sultan Daud Syah, Tengku Umar, Panglima Polim, Tengku Cik di tiro, Tengku
Baet, Cut nyak dien, Tengku cik ditero,
b. Dari
pihak pemerintah kolonial Belanda.
Jenderal Cohler, Letjen Van Suiten, Kolonen Pell, Mayjen Van der heiden, dan
Van der hoven.
- Medan Peperangan.
Medan peperangan yaitu
terjadi di seluruh Aceh yang termasuk daerah hutannya untuk bergerilya. Daerah
Aceh yang berhutan dan berpegunungan, memudahkan untuk melaksanakan perang
gerilya.
- Akhir perang.
Karena
banyak meninggalnya para pemimpin yang tangguh menyebabkan kedudukan Belanda
semakin kuat di Aceh. Juga karena Belanda mematuhi saran dari Dr. Hurgronje,
sehingga rakyat aceh ada yang membelot ke Belanda sehingga memudahkan Belanda
untuk memecahbelah rakyat Aceh.
- Akibat perang.
a.
Bidang politik.
-
Dikuasainya secara penuh wilayah Aceh.
-
Sultan Aceh dipaksa oleh Belanda untuk menandatangani
Plakat pendek yang bunyinya mengakui Belanda sebagai yang dipertuan di Aceh.
b. Bidang
ekonomi.
Monopoli
perdagangan di Aceh yang memiliki letak yang sangat strategis yaitu di selat
Malaka.
No comments:
Post a Comment